Koran Harian Part 4

Hulahup!!!.....

Happy tuesday for Mbakhh n Brohh....

Hari ini, gue pengen cerita tentang gejolak kecil yang buat mood gue sedikit oleng kemarin. Jadi sodara-sodara (anggep aja gue sodara lu) kemarin, ada yang ngajakin gue makan nih ceritanya (cieeeeecieeecieeeecieeecciiiiiiicicicicieeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee............... uhukkukkkkk x_x)
Di blog sebelum ini, gue udah kasi bocoran sedikit soal siapa yang sering sms or chat-in gue. Yap! kemarin, setelah dia tau gue udah selesai dengan rapat-rapat buat persiapan FKP yang mudah-mudahan nanti berjalan lancar (Astungkara, Amin, Semoga Bahagia) pertama dia bilang gini :

"Masih di kampus kamu, Cil?" kata dia.

*info: kenapa gue dipanggil cil? Sejarahnya, secara harfiah 'cil' berasal dari kata 'kecil' yang artinya tidak besar. Waktu dia pertama kali liat gue, dia mendefinisikan gue sebagai manusia mungil nan imuts yang berhasil jadi Ketua Bem di kampus. Dan akhirnya dia pilih nama kecil itu buat nama kontak nomor hp gue yaitu, 'Ratih Kecil'. Hhhhh... emang susah ya punya muka imut gini.. Jadi pengen main iklan deterjen nih...

and back to the chat,

"Masih" jawab gue.

"Makan yuk keluar, udah selesai lagian rapatnya" kata dia lagi.

"Belum selesai.." gue jawab lagi.

"Kalo nanti udah selesai kita makan bentar ya, mau kan?" kata dia lagi-lagi.

"Mmmm....." gue berdehem tapi gak kedengeran.
Dan karena bingung mau di-iya-kan atau di-tidak-kan gue nanya ke dia,

"Eh, kamu punya temen anak band gak? Yang dikenal trus bisa jadi bintang tamu dan gak bikin rusuh?"

"Ada, bandnya dapet apa?  Perlu berapa band? Yuk kita ngobrolnya sambil makan aja.." keliatan banget dia antusias.
 Dan gue lagi-lagi bingung.

"Dimana?"  gue nanya.

"Kamu mau makan apa?" disini gue mikir jadi cewek itu emang enak karna keputusan berada di bibir para wanita. Hhaahahahaha.... (ketawa sumbang)

"Gak tau.." jawab gue gitu.

"Gampanglah, banyak tempat makan disini, aku jemput ya?" kata dia lagi-lagi-lagi.

"Dimana?" Pertanyaan dimana untuk ke 2 kalinya ini sebenernya bermaksud nanya makannya jadi dimana. Tapi dia salah persepsi.

"Aku jemput di kampus deh, eh di depan kampus deh." kata dia lagi-lagi-lagi-lagi.

Beberapa lama gue terdiam. Bingung. Bimbang dan  Gegana. Antara yes or no, deal or no deal. Tapi sayangnya disini gak ada bantuan fifty-fifty atau nelpon orang lain buat nanya jawabannya. Yahh payah!

"Aku ragu.."kata gue akhirnya.

"Kok ragu? *emot sedih* "Cil..."

"Ya?" gue jawab.

"Aku jemput sekarang?" Pertanyaan akhir dari dia sebelum gue memutuskan untuk bilang gue bakalan pulang aja karena gue bingung. Sangat bingung dan bingung sekali.
K E N A P A ??? .....

Gue akan ceritakan apa saja yang berkelebat dalam otak, hati jiwa dan raga gue saat kemarin itu.
Well, Mbak n Brohh, pernah loe ngerasa bahwa ajakin sekecil itu bisa buat gue kepikiran?
Sebenernya gue bisa aja mengiyakan ajakan dia, tapi otak gue lagi-lagi mengingatkan gue tentang sebuah hubungan yang disebut pacaran yang sempat buat gue nangis 3 hari, yang sempet buat gue lari sendiri di pantai jauh-jauh. yang sempet buat gue nangis di jalan dari Kuta. Sakit!
Itu sebabnya, sejak gue merasakan sedih, di hati gue jadi terbangung sebuah benteng. Mungkin gak setinggi tembok di Cina atau Berlin, tapi gue jadi sulit menerima siapa aja lak-laki yang hendak mendobraknya dan meluluhkannya. Termasuk dia. Dan gue udah pernah bilang ke dia bahwa gue lebih seneng punya Teman daripada pacar. Karena Pacar akan menyandang nama mantan sedangkan Teman tidak akan pernah. Bahwa gue percaya Teman Hidup kayak judul lagunya Tulus itu lebih ajaib daripada sekadar pacar.
Gue trauma? Enggak. Gue nggak trauma. Gue cuma takut. Karena kembali otak gue mengingatkan tentang kata-kata dan harapan orang tua gue yang bilang kalau gue harus bisa kerja, berpenghasilan sendiri dan menghidupi diri sendiri dulu dan nggak ketinggalan menyelipkan tanggung jawab kepada adik gue yang kurus nan tinggi itu. Gue juga takut jika nanti, kalau gue pcaran lagi (untuk saat ini) gue akan diajuhi temen-temen atau malah sebaliknya, gue yang secara nggak sengaja menjauh dari mereka. Dan gue takut sekali. Gue cemas. Gue nggak masalah kalo temen-temen gue punya pcar dan menjauh, karna gue yang bakalan mendekat. Tapi gimana kalo sebaliknya. Tuhan, aku bener-bener bingung kemarin.

Jadi, itu sebabnya gue jadi susah banget diajak keluar oleh seorang laki-laki. Terkecuali kalo untuk urusan resmi yang nggak bakalan dipermasalahkan oleh nyak dan babe gue. Emang, gue terkesan kaku dan terlalu menganggap serius ajakan seperti itu, but it's me. It's just me. And I was unperfect people. So what could I do? Must I give chance for him or no?
Dan ini adalah pilihan perempuan yang membingungkan... Do u have a solution? Please...


That's all and see u!
Have a nice day... :)


Komentar

Postingan Populer