CONTOH NASKAH TEATER


 PUPUTAN BADUNG
(Naskah teater Kelas gue, dulu)
^_^

Di sebuah kerajaan besar yang damai, hiduplah seorang raja dengan permaisurinya yang cantik jelita serta para rakyat yang setia. Mereka hidup dengan tentram, damai dan sejahtera.
Namun kedamaian itu seakan sirna, setelah para kompeni Belanda datang dan memberikan sebuah surat kepada Raja Badung pada tanggal 19 September.
Di dalam istana, dua orang patih datang dengan tergesa-gesa saat sang raja dan permaisurinya beristirahat.

Patih 1            : “Lapor, Tu..tuanku raja, di gerbang istana telah datang
                         pasukan dari Belanda!” (Panik)
Raja               : “Apa?! Pasukan Belanda? Untuk apa para colonial itu datang
                         kekerajaanku ini?!” (kaget)
Patih 2           : “Mereka datang untuk menagih hutang, tuanku.. Dan ini adalah
                         surat dari mereka”.
             
              Sang patih lalu memberikan surat Belanda itu kepada Raja.

Permaisuri      : “Baginda, ada apa gerangan Belanda memberikan surat itu?”
                         (cemas)
Raja               : “Mereka menagih hutang!”
Permaisuri      : “Hutang apa? Apakah kakanda punya hutang pada mereka?”   
                         (semakin cemas)
Raja               : “Tidak. Kita tidak mempunyai hutang sepeserpun! Para colonial
                        itu hanya membuat alasan!”
Permaisuri      : “Baginda, jangan berikan sepeserpun uang kepada mereka!
                         Dinda tidak ingin rakyat kita sengsara gara-gara para Belanda berhasil memeras kita!”
Raja               : “Baiklah, aku tidak akan memberikan sepeserpun uang kepada
                         mereka!”
             
              Di depan patih dan permaisurinya, sang raja lalu merobek surat Belanda tersebut dengan kesal. Dan sang Raja dan permaisuri pun menuju tempat peristirahatan untuk menenangkan diri.
              Di lain pihak, pasukan Belanda sedang merancang srtategi untuk melawan rakyat Badung karena Raja Badung tidak mau membayar uang kepada mereka.
Komandan     : “Karena Raja Badung tidak mau membayar hutang mereka,                     
                      jadi sekarang kita harus merancang strategi!”
             
              Sementara itu, pasukan Belanda menyusun strategi untuk perang melawan pasukan Badung.

Komandan       : “Prajurit!!!! Come here!!
                      Ech, maksud I cam hiyer!!!”
Prajurit 1       : “Dasar komandan gila! Bilang cam hiyer aja gak bisa!
                      Dasar bule wannabe!”
Komandan       : “Jangan banyak bacot!!”
Prajurit 3       : “ok..ok…      sorry sir!”
Komandan       : “Sekarang kita akan berlatih untuk perang melawan rakyat Badung!!”
             
              Lalu pasukan Belanda berlatih dengan serius.
Komandan       : “Prajurit, berbaris di belakang I!!  (Prajurit Belanda lalu berbaris di belakang komandannya)
                        “Ikutin gerakkan I! Ok!!”

Setelah mereka latihan…

Komandan       : “You and you ikut I!  You berdua jaga disini!!”
             
              Lalu komandan Belanda dan kedua prajurit yang ditunjuk tadi pergi. Sedangkan 2 prajurit yang lain berjaga di tempat itu.

Prajurit 2       : “Wow, Bali is beautiful! Gadis Bali juga cantik-cantik!”
Prajurit 1       : “Woww…
                      Hahahah…”
Luh Made       : “Ech, kalian para company! Jangan macam-macam kepada kami!” 
Luh Tini          : “Benar! Kalian tidak akan meang melawan kami karena raja kami adalah orang yang hebat!”
Prajurit 2       : “Bali is beautiful! Mendingan you jadi istri I! Gimana setuju?”
Luh Sari         : “Ihh, kami tidak mau jadi istrimu! Uek cuhh..!!”
Prajurit 1       : “Ternyata mereka benar-benar sombong. Bagaimana kalau kita kerjain mereka!” (berbisik dengan temannya)
             
              Lalu para kompeni yang kejam itu melakukan perbuatan yang keji kepada gadis Bali tersebut. Tapi, salah satu dari mereka berhasil kabur dan dua gadis lainnya berhasil dinodai oleh kompeni itu. Tak lama kemuadian, datanglah komandan Belanda disusul oleh patih Raja Badung.

Komandan       : “Prajuritku, kalian ada dimana?”
Prajurit 1       : “Kami disini boss! Tunggu lahh…!”
Komandan       : “Ahh, aku ikut, aku ikut..!”
             
              Datanglah patih raja…

Patih 1            : “Hey, kalian! Berani kalian menyentuh gadis itu, akan kubunuh kalian!!” (geram)
Prajurit 1       : “Ayo kalau branii!!”
             
              Lalu mereka pun saling baku hantam, sedangkan para gadis tadi pergi, meratapi masa depan mereka…
              Setelah baku hantam selesai yang berhasil bertahan adalah patih Raja Badung dan mereka pun mengusir para pengecut Belanda tersebut.

Patih 2           : “Pergi kalian dari sini pengecut! Dan jangan pernah datang lagi!!” 
Prajurit 2       : “Awas kau pahlawan kesiangan! Akan kubalas kau nanti! Tunggu saja tanggal mainnya!”
             
              Pasukan Belanda itu pun pergi dan mereka melaporkan kejadian itu kepada komandan mereka.

Prajurit 1               : “Hallo boss!...” (tergesa-gesa)
Komandan        : “Ada apa? Tenang-tenang! Bicaralah dengan tenang!”
Prajurit 2        : “Uhh..uhh.. kami berdua dihajar oleh rakyat Bali boss!”
Prajurit 1               : “Benar boss, kita harus beri pelajaran pada mereka. Apalagi
                          mereka tidak mau memberikan kita uang!”
Komandan        : “Baiklah kalau begitu. Siapkan pasukan dan ajak kedua    istriku biar mereka melihat kehebatanku mengalahkan rakyat Bali. (hahaha...)
Prajurit 1&2    : “Sip boss!!!”
             
              Pasukan Belanda pun berbondong-bondong datang ke Puri Agung  menemui Raja Badung untuk berperang karena Belanda ingin menguasai Badung. Dan pada saat itu, di dalam ruangan kerajaan sedang diadakan pagelaran seni.

Komandan        : “Hey, kau Raja Badung!!.. Kalau memang punya nyali hadapi aku!!!”
             
              Mendengar suara itu Raja Badung beserta patih, permaisuri beserta beberapa rakyatnya keluar sedangkan para penari juga kaget mendengar teriakan tersebut. Dan mereka serentak berkata,
Luh Tini & Luh Kade : “Mereka yang telah menzolimi kami!”
Luh Sari                 : “Benar Ratu, saya saksinya!”
Permaisuri               : “Hey kau para kompeni! Lancang kau telah berani menzolimi rakyatku!!!”
Prajurit Belanda 2   : “Ooohh... jadi kalian rakyat Badung?!!”
Raja Badung     : “Ooo... rupanya kau yang memanggilku tadi?! Mau apa kau                datang kesini, haa?!?”
Komandan        : “Aku menagih uangku!!”
Raja Badung     : “Aku tidak akan memberikan sepeserpun uang kepada kalian! Karena kami rakyat Badung tidak pernah berhutang padamu!”
Permaisuri             : “Betul baginda! Jangan pernah berikan mereka sepeserpun uang!!”
Istri Belanda 1 : “Hey, kau wanita gak punya harga diri. Diam kau!”
Patih 1             : “Jangan pernah memanggil ratu kami dengan sebutan seperti
                          itu lagi!!”
Istri Belanda 2      : “Well.. well.. well...
                          Memang bernar kan?!”
Patih 2            : “Tuangku raja, lebih baik kita perang saja dengan mereka!”
Raja Badung     : “Baiklah! Bagaimana dengan kaliang pengecut?!”
Prajurit Belanda 1 : “Ok, kami brani! Iya kan boss!”
Komandan        : “Oklah, tapi sebelum kita berperang, bagaimana kalau kita pemanasan?!”
Raja Badung     : “Baiklah, pemanasan apa?”
Komandan        : “Bagaimana kalau kita adu nyanyi?”
Raja Badung     : “Ok! Kami siap!
                          Adinda tunjukkan suaramu yang merdu itu!”
Permaisuri       : “Baiklah kakanda.. (mulai bernyanyi)
                         ‘Dia pikir, dia yang paling hebat’
                         ‘Merasa paling kuat dan paling jago!’
Istri komanda : (membalas)
                         “Kami memang jago!”
Rakyat Bali      : “Ha..ha..ha...
                          Ayam jago kali!..”
Komandan        : “Sudah, sudah! Kita sudahi saja pemanasannya!”
Raja Badung     : “Kenapa kalian takut? Karena tidak bisa mengalahkan suara
                          Adinda ku tercinta ini?”
Prajurit Belanda 3 : “Eitss.. kalian jangan salah! Kami hanya tak ingin berbasa-basi!”
Prajurit Belanda 4 : “Betul itu! Kalau kami mau, kami bisa buat konser disini!”
Raja Badung     : “Baiklah kalau begitu. Marilah kita berperang!”
Komandan        : “Okay! Well..well..
                          Kalian orang kampung perang pake apa? Sendok? Garpu?
                          Atau besi karatan? Kami orang canggih perang pakai pistol,
                          bom, meriam, dan lainnya!”
Prajurit Belanda 3 : “Ha..ha..ha..”
                         “ Betul, betul!”
Raja Badung     : “Kami orang Bali mempunyai kekuatan dari dalam diri kami
                          Kalau kalian berani, hadapi kami dengan tangan kosong!!”
Komandan        : “Ok! Fine!
                         Prajurit buang senjata kalian!”
Raja Badung     : “Kalu begitu ayo kita berperang!”
Komandan        : “Aits, aits tunggu dulu brow! Kami mau berdoa dulu!
                       (sambil berkumpul dengan pasukannya  mereka pun berdoa, tapi sebenarnya mereka menyusun rencana untuk menghadapi pasukan Bali)
Komandan               : “Baiklah, kami sudah selesai berdoa! Ayo kita perang!!”
             
              Akhirnya pasukan Belanda pun berperang melawan pasukan Bali dan  Belanda yang mengaku berperang dengan tangan kosong, ternyata masih menyimpan senjata di dalam tubuh mereka. Setelah semua prajurit Belanda dan pasukan Bali meninggal. Yang tersisa hanya Raja Badung dan komandan Belanda.

Raja Badung     : “Kau telah menghabisi semua rakyat dan permaisuriku!
                          Akan kubalas kematian mereka dengan kematianmu!  (sambil
                          Mengeluarkan keris pusaka dan menusuk dibagian perut
                          Komandan Belanda)
Koamndan        : “Ternyata kau punya senjata pusaka juga. Ku tembak kau!!”
                         Dor..dorr...

               Akhirnya semua yang terlibat dalam perang ini pun meninggal. Karena ini adalah perang habis-habisan, atau dengan kata lain perang sampai titik darah penghabisan atau juga dalam istilah Bali disebut sebagai Puputan. Perang ini disebut sebagai perang Puputan dan karena tempat terjedinya perang adalah Badung. Maka sampai kini, perang tersebut dikenal dengan sebutan “Puputan Badung”.


... The End ...

Komentar

Postingan Populer