Koran Harian Part 41

"Jika aku diam, banyak hal yang terlintas di benakku.
Seakan aku punya banyak sekali beban namun tidak bisa aku terangkan.
Aku bukan pencerita yang baik, aku terbiasa untuk berbicara dalam hati dan mendengarkannya sendiri. Aku menulis pun untuk aku baca sendiri.
Tapi bukan berarti aku adalah sang individualis, bukan. Hanya saja aku lebih nyaman seperti itu. Karena aku menganggap bahwa orang lain juga punya cerita hidupnya sendiri, jadi cukup pentingkah ceritaku kubagikan dengan orang lain?
Berlama-lama itu terjadi sampai aku mulai merasa penat dengan ceritaku sendiri.
Kuputuskan untuk mulai mendengar cerita orang lain. Menjadi tempat dengar mereka bahkan bila perlu menjadi motivator pribadi.
Kemudian aku mulai terpengaruh. Ekspresi dan antusias serta ketrampilan mereka menceritakan hidupnya kepadaku membuat aku mulai bercerita dengan orang lain. Bukan dengan diri sendiri atau buku saja.
Aku mulai berani beranggapan bahwa, 'ya ceritaku bisa jadi cukup penting untuk orang ketahui' siapa tau?
Lalu aku pun berusaha belajar merangkai kata demi kata agar menjadi kalimat yang tepat untuk menggambarkan yang aku rasakan pada saat itu.
Aku mencoba mengekspresikannya, mencoba membuat orang tertarik dengan ceritaku agar setidaknya mereka mengerti, simpatik bahkan bisa tertawa jika ada hal-hal yang menggelikan.
Tapi meskipun telah demikian aku lakukan, aku tetap saja belum bisa menceritakan semua hal kepada orang lain.
Akhirnya kuputuskan untuk memilih saja orang-orang yang bisa aku percaya untuk mendengar ceritaku.
Pun untuk orang-orang yang aku pilih, hanya ada satu orang yang aku jadikan tempat dimana aku bisa berekspresi tanpa harus memikirkan yang lain.
Bukan, orang itu bukan ibu atau ayah ataupun pacar. Dia adalah Tuhan.
Mungkin terkesan religius, tapi aku sadar sedari dulu, apa yang aku pikirkan, apa yang aku ucapkan pada diri sendiri atau bahkan kepada orang lain, akan tertuju pada Yang aku Yakini itu.
Kalau pepatah berkata, 'kata-kata adalah doa' maka tanpa sadar itu semua adalah doa sepanjang hari hingga aku menjadi yang seperti hari ini."

Aku yang hari ini:
1. Dari lahir hidup dengan kedua orang tua pekerja keras sampai hari ini.
2. Tidak memikirkan berat biaya sekolah, listrik, air atau rumah tangga lainnya sampai hari ini.
3. Hidup dengan keluarga yang jumlahnya banyak sampai hari ini.
4. Dekat dengan teman-teman yang menarik sampai hari ini.
5. Bertemu dan sangat dekat dengan seseorang laki-laki berpikiran berbeda sampai hari ini dan seterusnya.

... The Stories, September 15th, 2016...
Just using the word you can type

Komentar

Postingan Populer