Koran Harian Part 58
Baru hari ini, sejak beberapa bulan lalu. Aku menulis blog ini lagi.
Rasanya seperti aku kembali ke tempat dimana aku hanya seseorang yang suka bercerita. bercerita tapi sendiri. Sendiri dan tentu kesepian.
Hujan beberapa hari lalu juga tak sempat membuatku menulis apa-apa. Aku hanya merasa aku telah menemukan titik yang sedikit lebih menyenangkan dan aku suka. Walaupun beberapa orang perlahan terluka.
Lalu kemudian aku teringat kembali bahwa aku pernah punya teman yang tidak bisa bicara. Seperti aku yang bisu. Seperti ia sebenanrnya tidak membantu apapun masalahku. Tulisan.
Dan hari ini aku menulis ini lagi.
Perasaan yang sama selalu menghampiriku setiap kali aku sendiri. Seperti dia adalah bayanganku. Seperti dia adalah arwahku. Di depan layar yang sedang berkedip memandangiku berlawanan, aku mencoba mencurahkan kembali yang aku rasakan, saat ini dan saat-saat sebelumnya. Aku merasa seperti aku adalah orang paling bahagia dan tersedih. Aku berpikir aku menjadi orang yang paling berdosa dan penuh pikiran buruk. Aku seperti rumput di padang yang luas. Kulihat diriku tertancap di tanah. Awalnya berhasil menyadari bahwa itulah diriku. Lalu angin bertiup. Ujungku bergoyang-goyang. Sapuan angin kurasa sangat sejuk saat itu dan aku menikmatinya. Lalu ada sinar terik dari bintang terbesar di galaksi Bimasakti, matahari. Kurasakan tubuh kecilku menghangat. Lalu kurasa aku bisa tumbbuh tinggi menggapainya. Aku pandangi dan aku terbuai.
Lalu tiba-tiba anginn semakin kecang. Aku tak dapat menahan. Rasanya seperti aku dikoyak begitu saja. Seperti aku sangat pasrah dan memang pasrah. Sinar matahari pun semakin memanas. Tubuhku mengering, aku tak dapat air. Lalu perlahan aku layu, mengering dan melemah. Kemudian aku melihat betapa tanah selalu mencengkramku. Tak membiarkan aku terhempas dan mati.
Begitu seterusnya aku kembali lagi seperti rumput hijau, walaupun ada sedikit daun-daunku yang hilang. Aku kembali lagi, menancap kuat di tanah dan kembali bertemu angin dan sinar matahari. Lalu kembali lagi terkoyak dan mengering. Begitu selanjutnya terus dan terus sampai akhirnya mungkin bumi sendiri yang memusnahkanku. Menelanku.
Komentar
Posting Komentar