Koran Harian Part 61
Hai!
Hari ini libur, pasca lebaran dan akibat kebaikan hati Presiden Jokowi memberikan cuti bersama tambahan buat semua pegawai dan karyawan. Hari ini haru terakhir liburan. Besok sudah mulai kerja lagi. Besok sudah mulai untuk menghadapi realita, bertemu orang-orang lain dan menunggu 8 jam untuk mengumpulkan nafkah sekian juta.
Aku tau ada yang lebih berat dari bekerja di tempat kerjaku sekarang. Seperti orang tuaku dan calon suamiku.
Orang tuaku bekerja sebagai pedagang makanan ringan dan sejenisnya di pasar. Yap, mereka punya toko berukuran lebih luas sedikit dari luas kamarku. Sudah dari beberapa tahun lalu mereka akhirnya memutuskan untuk berwirausaha, menjadi pedagang setelah bapakku di PHK karena tempat kerjanya bangkrut dan tidak mungkin hanya diam dirumah sementara aku masih SMP dan adikku baru mulai sekolah. Mereka biasanya berjualan dari subuh sampai siang hari. Setiap hari bangun jam 2 pagi dan baru pulang sekitar jam 12 siang. Makin lama, memang orang tuaku punya banyak pelanggan, tapi tentu pasar tidak akan pernah lepas dari persaingan. Ada banyak juga pedagang sejenis yang bahkan sudah mulai berdagang di pasar itu sebelum orang tuaku.
Aku sendiri sebagai anak sulung tidak sama sekali keberatan dengan keputusan orang tuaku untuk berwirausaha, karena aku yakin mereka bisa melewatinya. Di balik sifat-sifat yang aku tidak suka dari mereka, tapi merekalah yang membuatku bisa menikmati pendidikan sampai kuliah dan menikmati semua fasilitas meskipun tak semewah rumah sebelah.
Aku bersyukur mereka punya daya tahan emosional dan fisik yang kuat. Ya mungkin karena dirumahku tidak ada yang merokok atau minum alkohol. Aku pikir itu menunjang kesehatan mereka dibalik penyakit-penyakit lain akibat usia dan stress.
Dalam setahun, orang tuaku bahkan punya waktu libur alias tutup warung yang bisa dihitung dengan jari (diluar kepentingan mendadak atau unpredictional). Libur pertama di hari Raya Nyepi dan keesokan harinya karena memang pihak desa pasar tidak mengijinkan aktivitas pasca Nyepi. Kedua dan ketiga Libur di hari Raya Galungan dan Kuningan. Total hari libur yang pasti dari mereka adalah 6 hari. Mungkin tahun 2018 ini akan bertambah karena anaknya menikah. Ya siapa lagi, ya Aku lah!
Oke kita lanjut saja, pekerjaan orang tuaku yang satu ini memang telah banyak menghasilkan beberapa fasilitas seperti mobil, televisi dengan layar lumayan lebar menurutku, perabotan besar rumah dan sebuah motor yang dipersembahkan untuk adikku tercinta, laptop dan semua pernak-perniknya juga untuk adikkh tercintah dan banyak lagi. Bukannya aku sombong atau belagu dengan menyebutkan semua itu, tapi aku bangga bahwa mereka akhirnya berhasil setelah mencoba sekian banyak jenis pekerjaan dan dagangan. Lalu ketika semuanya tampak berjalan lancar, satu buah batu besar menghadang di depan. Pasar tempat warung orang tuaku akan dipindah dan orang tuaku hanya mendapat sepetak tempat pengganti yang aku rasa bapakku tidak puas itu. Maka, aku dengar mereka akan mulai berkeliling lagi, menjajakan barang dagangan ke setiap warung, ke setiap langganan. Mereka melakukan hal yang sama tapi lewat jalan yang berbeda.
Meskipun aku adalah tipe sangat irit suara dirumah, tapi mungkin tidak ada yang tau aku memantau semua hal-hal penting. Aku yakin, meskipun usia mereka sudah ada yang setengah abad, tapi orang tuaku punya karakter tangguh.Lalu o
rang kedua yaitu pacarku eh calon suamiku, dia sekarang bekerja di sebuah Villa Management di daerah Seminyak. Sudah hampir setahun sesuai perkiraanku. Dengan gaji yang menurutku lumayan besar jika dipakai sendiri atau berdua, dia berusaha menjalankan pekerjaannya dengan baik sebagai IT Manager.
Selalu bangun jam 8 pagi dan terkadang telat bangun, kemudian sampai dirumah lagi jam 6 sore dari haru Senin sampai Jumat dan Sabtu akan pulang jam 3 sore. Bahkan dengan waktunya yang tipis itu untuk istirahat, malam harinya dia juga tak lepas dari pekerjaan. Bersama istri kecil dan istri besar, HP dan Komputer, dia juga mengambil pekerjaan sebagai Freelancer membuat web pesanan klien diluar klien tempat kerjanya. Bukan sekedar bekerja sampai jam 9 atau 10 malam, tapi kadang sampai pagi baru dia ingat kasur.
Aku kadang kesal dengannya. Pagi siang dan malam bekerja. Dan dia selalu berasalan "Kan untuk kita juga". Aku berusaha mengerti dan memaklumi pekerjaannya karena walau sesibuk apapun, ketika ada waktu luang, dia selalu mengabariku. Aku cuma khawatir, mengingat riwayat medis yang sempat dia alami, kesehatan menjadi prioritasku untuk selalu mengingatkannya.
Lalu terlebih untuk beberapa bulan belakangan, dia makin berusaha keras untuk mengumpulkan pundi-pundi. Melihatnya berusaha seperti itu, meskipun terlihat ia sangat tenang, aku yakin dia punya tekanan tersendiri. Dan itu membuatku makin percaya bahwa dulu perasaanku tidak salah. Bahwa keputusanku yang sekarang ini sudah tepat dan akan menjadi selalu tepat.
Kemudian akhirnya aku tak bisa memang hanya mengucapkan terima kasih kepada mereka. Karena apapun yang ada sekarang, berkat mereka.
Terimakasih
Komentar
Posting Komentar