Koran Harian Part 26

"Kupanggil dia, Ibu.."

Ya aku tau, semua orang tau, 
Bahwa dialah yang telah menjadi pintu keluarku, 
dia yang menyediakannya,
Dengan rasa sakit, atas rasa sayang

Ya, aku juga sadar, semua orang sadar,
Bahwa tubuh itu yang pertama kali memelukku, 
Merengkuh dan mengaliri tubuh mungilku kehangatan,
Agar aku tidak kedinginan dan menangis,
Tapi tetap saja aku berteriak, menjerit, menangis

Ya, aku paham, semua pasti paham,
Bahwa wanita itu yang membesarkanku,
Memberiku darah putihnya yang nikmat kurasa dulu, 
Air kehidupan, sumber tenagaku,
Wanitia itu pula yang dengan senang mengotori tangannya dengan bahan kuning dari duburku,
Oh, sungguh gila dia! 

Sampai sekarang, aku tau,
Dia, tubuh itu, wanita itu masih menjagaku,
Tapi entah kenapa aku bersikap seakan-akan aku tidak menghargainya, 
Sifatku sedikit meleset dari harapannya, 
Perlakuanku, cara pandangku pun sedikit berbeda dengan bayangannya, 
Aku rasa, yang dia tau hanya tugasnya, 
Menjaga, bertanya jika aku pulang malam, mengomel jika aku tidak berkabar, 
Sugguh Tuhan, wanita itu sudah gila dan membuatku gila, 
Kenapa dia masih tetap sabar saja? 
Kenapa dia masih sanggup mengurusiku sedangkan masih ada anak lain yang jadi tanggungannya?
Kenapa dia masih senang berkutat pada peluhnya hanya agar api bisa berguna?

Seharusnya Tuhan, berilah gelar tinggi kepadanya, 
Atau setidaknya nama yang lebih bagus, terdengar anggun dan mewah, 
Bukan hanya sebutan seperti itu, hanya kata yang sangat teramat singkat, 
Ya, aku mengerti, Tuhan hanya menyuruhku memanggilanya, Ibu....


Yap!That's my poem. Simple? Yes. 
Itu hanya ungkapan imaji dan pengertian gue terhadap sosok ibu. Sedikit terselip balasan tentang kehidupan gue bersama ibu. Emang nggak ada yang istimewa, hanya sebuah deretan kalimat yang disebut puisi. Hanya ungkapan biasa saja. Kenapa gue tulis puisi? 

Gue iri.

Gue iri melihat, membaca dan mendengar cerita, ucapan dan ungkapan temen-temen gue, di sosmed, di depan gue. Mereka bicara tentang orang tua mereka, tentang ibu.
Yah, kemarin diperingati sebagai hari Ibu. Tanggal 22 bulan Desember. Setiap tahun peringatan itu ada, tapi tidak ada ucapan atau hadiah apapun dari gue untuk emak gue yang suka ngomel dan ngefans sama serial india Mahaputra itu (dan gue juga ikut-ikutan suka). Yang menariknya sekarang, Mahaputra dan Ajabde mau nikah. Pul Kanwar udah rela kalo pangeran yang dia suka nikah sama sahabatnya sendiri. Dan semua setuju, Raja Mewar, pokoknya semuanya senang dan... eh kenapa gue jadi cerita soal Mahaputra? Ah Jantuk!
Oke, back to the topic!
Kenapa gue gak pernah ngucapin seenggaknya begini "Selamat Hari Ibu, Mamak!!!! Semoga Panjang Umur dan sehat selalu. I love u mamak... Muacchhh muachhh.." (kalimat itu terinspirasi dari tetangga gue, yang neneknya ngajarin cucunya yang masih pitik buat ngucapin selamat hari ibu ke dia, tak usah dipikirkan)
Atau karna gue orangnya jutek banget, bisa dipersingkat menjadi, "Selamat hari Ibu, Mamak. I Love u!"
Tapi kalo gue rasa itu juga terlalu susah diucapkan, mungkin akan dipersingkat lagi menjadi, "Selamat!"
Hhhh.... bener-bener, gue susah banget cerita panjang sama orang, pun itu yang ngelahirin gue. Gue sebenernya yang gila. Gue sebenernya yang takut dan memutuskan untuk menyimpan semuanya sendiri. Dan sampai hari ini, kebiasaan itu tidak berubah. Mungkin gue bisa cerita ke orang lain, kayak temen atau pacar. Tapi tetep gak ke orang tua gue sendiri.
Huhf! Gak rumit sih, tapi jadi beban buat gue..

Baik, cukup sekian hari ini. Semoga part ini tidak menyesatkan dan bermanfaat bagi kesehatan Anda. Terimakasih banyak-banyak untuk orang yang rela buang-buang waktu buat baca blog ini. Terimakasih buat Ibu, walaupun gak pernah dan gak tau blog ini sama sekali. Terimakasih buat kamu, yang sekarang bersedia jadi TPC (Tempat Penampungan Curhat) gue. Semangat kerja ya, dok! :)


Komentar

Postingan Populer