Koran Harian Part 18
Nyaman.
Kata temen gue kemarin, 'kenyamanan itu adalah perasaan dasar dari suatu hubungan'.
Dalam hati, gue menyetujui anggapannya itu.
Kalo gue mencoba flashback lagi, dari beberapa orang yang bikin gue nyaman jadi temen dia, adik, atau yang lainnya. Ya, maksud gue nyaman disini bukan melulu soal nyaman untuk pacaran. Tapi gue juga akan ceritakan kenyamanan gue bersama orang-orang ini.
Pertama, pas gue SMA, sejak gue ikut extrakulikuler Pramuka. Gue mulai mengenal sosok-sosok yang hari ini masih dan akan tetap jadi sahabat gue, jadi sodara gue walopun kita gak lagi sering bareng-bareng. (Tuh kan, tiap cerita bagian ini, gue selalu pengen nangis deh, cengeng!)
Dan kami sering menyebutnya '6 Serangkai'
Dimulai dari sobat gue yang sebut saja namanya Gler ini, dia adalah anggota 6 serangkai yang pertama kali gue kenal. Orang yang perawakannya dulu tinggi kurus ini aktif di kepengurusan pramuka dari kelas 11 bareng sama gue. Glee ini punya karakter yang sedikit meniru pembina pramuka gue. Selama gue kenal sama dia, Gler menurut gue adalah orang yg cukup cakap dalam tali-talian di Pramuka.Selain itu, dia juga termasuk orang batu, maksud gue bukan berasal dari jaman megantropus yang doyan pake konde tulang dinosaurus. Orangnya keras dan kaku. Dalam sejarah asmaranya juga, dia pernah pacaran sama salah satu sobat gue anggota selanjutnya dari 6 Serangkai.
Namanya, ya panggil aja Je, punya rambut panjang, paling panjang dari kita berenam dulu agak keriting tapi sekarang udah disetrika sama pegawai salon. Je ini adalah penari Bali handal dan tukang galau profesional. Yap! Kurang lebih satu setengah tahun pacaran sama Gler, gue liat, kalo mereka lagi berantem. Je selalu jadi galau. Dari curhatanya, Je menyayangkan kenapa dia yang selalu dalam posisi salah, kenapa Gler sangat keras kepala dan sebagainya. Sebagai cewek, kadang gue agak kesel melihat Je yang walopun udah disakitin tapi tetep aja bertahan. Yang bisa dia lakuin cuma ngegalau. Update status si sosmed, nangis, sampe marah-marah ga jelas. Dan setelah putus dari Gler, Je pacaran sama seorang kakak kelas yang gak usah gue sebutin namanya, karna dia gak masuk dalam jajaran orang yang pengen gue ceritakan.
Anggota 6 Serangkai selanjutnya adalah Ta, diantara kami berenam, dialah yang paling bersikap hati-hati dan cukup teliti. Gak salah dia dipercaya menjadi bendahara di OSIS. Saking hati-hati dan telitinya, waktu makan pun Ta menjadi orang terakhir yang piring mie/sotonya habis. Bak seorang Putri Solo (kalo kata emak gue), dengan gayanya yang anggun C Sasmi, eh maksud gue anggun aja plus gemulai, saat makan dia selalu jadi bahan guyonan. Pembina kami, sampai hapal dengan gaya makan Ta. Weleh weleh...
Soal asmara, Ta hampir kebalikan dari Je. Selama yg gue tau, selama dia satu sekolah sama gue, dia pernah pacaran sama kakak kelas juga. Dan kira-kira kelas 11, Ta dikabarkan pacaran sama anggota 6 Serangkai selanjutnya. Namanya Nanta. Perawakannya hampir mirip dengan Ta. Mata sipit. Perbedaanya terletak pada tinggi badan dan intensitas warna kulit. Kalo Ta cenderung sawo dan Nanya cenderung langsat. Hanya beberapa saat pacaran, itu pun selama mereka pacaran atau bahkan kapan mereka PDKT, gue gak pernah tau. Pasalnya waktu itu kita dalam tugas On the job training. Gue tau berita ini dari pembina kami. Dan itu pun lagi-lagi Ta dalam keadaan nangis sampe 2 gelas karena diputusin Nanta.
Btw soal Nanta, pertama kali gue liat dia, gue kira dia orang keturunan Cina. Dari postur tubuhnya yg tinggi dan agak gempal, kulit putih bersih dan sekali lagi mata yg sipit, tak urung dia mirip bintang iklan yang pendukung barang Indonesia yang sering bilang 'Belilah ploduk-ploduk Indonesia' (pada tau gak? Kalo gak tau berarti loe adalah korban sinetron GGS).
Dan anggota terakhir, dia termasuk paling muda tapi paling sok keren banget. Badannya gembul, suka makan dan suka banget nyari gara-gara sama gue. Panggil aja dia Esa. Kalo gue sama dia ketemu, pasti udah kayak kucing sama tikus. Kadang dia yang jadi kucing dan gue tikusnya, kadang juga gue tikus dan dia kucing (lho?).
Esa ini, dulu pernah negdeketin gue. Ya, dia sempet jadi jajaran mantan gue. Tapi sebenernya, gue gak pernah merasa kalo dia pernah jadi pacar gue. Bukannya gimana, tapi ternyata gue malah lebih deket sama dia sebagai sahabat bukan pacar. Dan untungnya sekarang dia udah punya pacar, adik kelas sampai sekarang. Selain itu, Esa juga termasuk saingan gue. Mantan ketua Osis paling berpengaruh karna kepandaiannya bergaul sama orang. Gue sama dia sering saling ledek gara-gara hal gak penting, dan itu jadi hiburan tersendiri ketika kami semua berkumpul. That's our way to laugh. :)
Gue udah ceritain sedikit soal orang-orang gak jelas yang selalu gue sebut si catatan gue. Tapi, kalo dalam lubuk hati jiwa sanubari terdalam loe timbul pertanyaan, 'kenapa kalian bisa ketemu?' Jawabannya bernama 'Kak Ogik'.
Orang gila dan konyol ini adalah salah satu guru dan pembina yang sering kami palak. Sering jadi pemandu kami, jadi sahabat, kakak dan orang tua kami. Walopun kalo marah ekspresi orang ini lebih serem daripada serigala di film GGS dan lebih dingin dari es batu, tapi disanalah, kenapa kami bisa dekat dengan orang gila ini.
Yap. Kak Ogik yang mengumpulkan kami. Yang memperkenalkan kami satu sama lain walopun secara tidak langsung. Dia sering turun tangan dalam masalah formal di sekolah, sampai masalah gak penting yang sering buat dia jengkel. Dia punya pacar, yang sekarang jadi calisnya. Beberapa hari dari hari ini akan jadi istrinya. Dan gue, terharu dan seneng. Karena ternyata orang yang gue anggap kakak itu benar-benar normal. Hehe :D
Dia juga sering nasehatin gue, berbekal pengalamannya dalam menjalani pahit manisnya hidup. Gue inget kalimat dia yang sempat gue jiplak pas gue dikerjain habis-habisan, 'terbuka sama dengan jujur, jujur sama dengan aman'. Tapi gue rasa itu gak berlaku bagi pejabat di luar sana yang bakalan diem kalo disampel rupiah.
Tapi, ya udahlah ya. Gue balik lagi ke nasehat lain yang gue inget, 'kamu kuliah yang bener, cari kerja yang bener, jadilah wanita yang setidaknya bisa menghidupi diri sendiri dan keluargamu kalo nanti suamimu gak bisa untuk itu.'
Pertama, gue sempet agak risih dengan kalimat itu. Tapi sekarang gue dapet maksud tersiratnya, bahwa gue harus jadi wanita yang gak melulu tergantung sama orang lain. Gue harus jadi wanita yang kuat. Be a wonder girl.
Akhir kata kalo nanti gue udah be a wonder girl, gue harap gue bisa jadi atlet angkat besi. Ya, besi buat lemparin cowok-cowok kurang ajar, gak mengahargai cewek dan gak pernah tau ibuknya ngelahirin dia susahnya gimana. Huh.
Hidup Kartini!
Yey! Hidup orang gila!
Komentar
Posting Komentar